BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penjelasan mengenai makna kehidupan dan bagaimana kita seharusnya
menjalaninya merupakan masalah yang klasik, yang hingga sekarang susah untuk
ditetapkan filsafat mana yang paling benar yang seharusnya kita anut. Para
filsuf tersebut menggunakan sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan
filsafat yang berbeda pula.Dari beberapa banyak aliran filsafat,kami hanya
membahas aliran filsafat monoisme, dualisme, pluralisme. Antara aliran atau
paham yang satu dan yang lainnya ada yang saling bertentangan ada pula yang
memiliki konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk
saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah
diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas
dengan persoalan yang kita hadapi.
Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri dan mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua yang mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistim, filsafat berkembang berdasarkan ajaran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat amat ditentukan oleh potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasama faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini diantaranya yang utama ialah sikap dan pandangan hidup, citakarsa dan kondisi alam lingkungan. Apabila citakarsanya tinggi dan kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang,maka bangsa itu tumbuhnya tidak subur (tidak jaya). Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selama memenuhi kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan keterkaitan penulis terhadap bab aliran filsafat monoisme, dualisme, dan pluralisme.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa Pengertian
Aliran Monoisme, Dualisme, Pluralisme?
2. Siapa Saja Tokoh-TokohAliran Monoisme, Dualisme, Pluralisme?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
Menjelaskan Pengertian Aliran Monoisme, Dualisme, Pluralisme
2. Untuk
Mengetahui Tokoh-Tokoh Aliran Monoisme, Dualisme, Pluralisme
BAB II
PEMBAHASAN
A. PengertianMonoisme,
Dualisme, Pluralisme
1. PengertianMonoisme
Monoisme secara bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitu,
monos
(sendiri, tunggal).Sedangkan, secara istilah monoisme adalahsuatu paham yang berpendapat bahwa unsure pokok dari segala sesuatu adalah unsure yang bersifat tunggal/Esa. Aliran yang menyatakan
bahwa hanya ada satu kenyataan fundamental.[1]
Unsur dasar:
a)
Allah SWT.
b)
Materi
c)
Pikiran
d)
Energi.
Kesimpulan: Aliran monoisme menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan yang fundamental.
Berikut pengertian aliran filsafat monoisme menurut beberapa para ahli:
1)
Thales (625-545 SM):
berpendapat bahwa kenyataan asal muasal inti dari alam, yaitu air sebagai satusubstansi. hlm.[2] 27
FTIH
2)
Anaximenes
(585-528 SM) : berpendapat bahwa alam berasal dari udara.
3)
Baruch Spinoza : berpendapat bahwa hanya ada satu
substansi, tidak mungkin ada 2, yaitu Tuhan, dalam hal ini Tuhan diidentikan dengan alam.[3]
2. Pengertian Dualisme
Dualisme atau dualism berasal dari bahasa
Latin, yaitu duo
(dua).
Menurut istilah dualism adalah aliran
yang menganggap adanya dua substansi
yang masing-masing berdiri sendiri. Berikut pengertian menurut beberapa ahli :
1)
Plato (428-348) : yang membedakan dua dunia,
yaitu
dunia indera
(dunia
bayang-bayang) dan dunia intelek
(dunia ide), yaitu perubahan berpikir secara mitos ke pola pikir menuju pemikiran yang bersifat rasional. Bermaksud bahwa unsur-unsur mitos tetap menjadi dasar pijakan berpikir ilmiah.[4]
2)
Rene Descartes
(1596-1650) : yang membedakan substansi pikiran dan substansi luasan. Jiwa dan badan merupakan
dua substansi terpisah meskipun di dalam diri manusia mereka berhubungan sangat
erat. Dan menurutnya yang bersifat nyata adalah pikiran, sebab dengan
berpikirlah maka sesuatu akan ada.[5]
3)
Leibniz
(1646-1716) : menyatakan bahwa yang membedakan antara dunia
yang sesungguhnya dan dunia yang mungkin.[6]
4)
Immanuel Kant
(1724-1804) : yang menyatakan bahwa antara dunia
gejala (fenomena) dan dunia hakiki (noumena).[7]
Thomas Hyde (1700) merupakan orang yang pertama kali menggunakan aliran dualisme
yang mengungkapkan bahwa antara zat dan kesadaran (pikiran) yang berbeda secara substantif. Jadi adanya segala sesuatu terdiri dari dua hal yaitu zat dan pikiran.
Plato (428-348 SM) mengatakan bahwa
dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan
berwarna-warni.[8]
3.
Pengertian
Pluralisme
Pluralisme merupkan jamak
dari pluralis , aliran ini menyatakan bahwa realitas tidak terdiri dari
satu substansi atau dua substansi, tapi dari banyak substansi yang bersifat
idependen satu sama lain. Sebagai konsekuensinya alam semesta pada dasarnya
tidak memiliki kesatuan, kontinuitas, harmonis, dan tatanan yang koheren,
rasional, maupun fundamental. Jadi, didalamnya itu hanya terdapat jenis tingkatan
dan dimensi yang tidak dapat diredusir. Pandangan ini mencakup banyak teori,
beberapa diantaranya teori para filosuf yunani kuno yang menganggap kenyataan
terdiri dari udara, tanah api, dan air. Dari pemahaman diatas dapat disimpulkan
bahwa aliran ini tidak mengakui adanya satu substansi atau dua substansi
melainkan banyak substansi, karena menurutnya manusia tidak hanya terdiri dari
jasmani dan rohani, tapi juga terbuat atau tersusun dari api, tanah, dan udara
yang merupakan unsur substansial dari segala wujud.
1)
Empedokles (490-430 SM) :
yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari empat unsur, yaitu api, udara,
air, dan tanah.
2)
Anaxogoras (500-428 SM) :
yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari unsur-unsur yang tidak terhitung
banyaknya, sebab jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga
yang dinamakan nodus yaitu suatu yang paling halus yang memiliki sifat pandai
bergerak dan mengatur.[9]
3)
Leibniz (1646-1716) :
Hakikat kenyataan terdiri dari monade-monade yang tidak terhingga banyaknya.
Monade adalah substansi yang tidak berluas, selalu bergerak, tidak terbagi, dan
tidak dapat rusak.[10]
[1] https://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/viewFile/31657/19188/_dikutip
pada rabu ,26 Februari 2020 puku l 18.30
[2]Teguh Prasetyo, Filsafat Teori
dan Ilmu Hukum, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013) hal. 27
[3]Burhanuddin Salam, Pengantar
Filsafa,t (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003) hal. 112
[4]Erliana Hasan, Filsafat Ilmu dan
Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014)
hal. 43
[5] Erliana Hasan, Filsafat Ilmu dan
Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014)
hal. 13
[6] Burhanuddin Salam, Pengantar
Filsafat (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003) hal. 133
[7] Burhanuddin Salam, Pengantar
Filsafat (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003) hal. 195
[8] Erliana Hasan, Filsafat Ilmu dan
Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014)
hal. 43
[9] Erliana Hasan, Filsafat Ilmu dan
Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014)
hal. 47
[10] Fu’ad Farid Ismail, Abdul Hamid Mutawalli, Cara Mudah Belajar
Filsafat, (Jogjakarta: IRCSod, 2012) hal. 81