Makalah Mahkamah-Pengadilan-Hakim Mendengarkan Semua Tuduhan dan Pembelaan (Q.S 7 : 150, Q.S 12 :52, Q.S 27 : 22-23)

 Makalah Mahkamah-Pengadilan-Hakim Mendengarkan Semua Tuduhan dan Pembelaan
 (Q.S 7 : 150, Q.S 12 :52, Q.S 27 : 22-23)


A.    Teks Ayat

1.      Al-Araf ayat 150

اِنَّ الَّذِيْنَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ وَكَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُفْتَرِيْنَ

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sembahannya), kelak akan menerima kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebohongan.

2.      Q.S Yusuf ayat 52

ذٰلِكَ لِيَعْلَمَ اَنِّيْ لَمْ اَخُنْهُ بِالْغَيْبِ وَاَنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ كَيْدَ الْخَاۤىِٕنِيْنَ

Artinya : (Yusuf berkata), “Yang demikian itu agar dia (Al-Aziz) mengetahui bahwa aku benar-benar tidak mengkhianatinya ketika dia tidak ada (di rumah), dan bahwa Allah tidak meridai tipu daya orang-orang yang berkhianat.

3.      Q.S An-Naml ayat 22-23

فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ (22)

إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ

Artinya :  Maka burung hud-hud tidak hadir beberapa saat yang tidak lama. Kemudian ia menghadap, maka Sulaiman menegurnya atas ketidakhadiran dan keterlambatannya. Lalu hud-hud berkata kepadanya, “Aku telah mengetahui sesuatu perkara yang tidak engkau ketahui dengan baik. Aku datang kepadamu dari negeri Saba’ di Yaman dengan membawa berita yang sangat penting, dan aku yakin tentang itu.
Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar.[1]

B.     Makna Mufrodat [2]

1.      Q.S Al-Araf ayat 150

وَلَمَّا

dan setelah

رَجَعَ

Kembali

مُوسَىٰٓ

Musa

إِلَىٰ

Kepada

قَوْمِهِۦ

Kaumnya

غَضْبَٰنَ

dalam keadaan marah

أَسِفًا

sedih hati

قَالَ

dia berkata

بِئْسَمَا

alangkah buruknya

خَلَفْتُمُونِى

kamu menggantiku

مِنۢ

Dari

بَعْدِىٓ

Sesudahku

أَعَجِلْتُمْ

apakah kamu hendak mendahului

أَمْرَ

Perintah

رَبِّكُمْ

Tuhan kalian

وَأَلْقَى

dan dia melemparkan

ٱلْأَلْوَاحَ

batu tulis

وَأَخَذَ

dan dia memegang

بِرَأْسِ

dengan kepala

أَخِيهِ

Saudaranya

يَجُرُّهُۥٓ

dia menariknya

إِلَيْهِ

Kepadanya

قَالَ

dia (Harun) berkata

ٱبْنَ

Anak

أُمَّ

Ibu

إِنَّ

Sesungguhnya

ٱلْقَوْمَ

Kaum

ٱسْتَضْعَفُونِى

mereka menjadikan aku lemah

وَكَادُوا۟

dan hampir-hampir mereka

يَقْتُلُونَنِى

mereka membunuh aku

 

2.      Q.S Yusuf Ayat 52

ذَٰلِكَ

demikian itu

لِيَعْلَمَ

agar dia mengetahui

أَنِّى

bahwasanya aku

لَمْ

Tidak

أَخُنْهُ

Mengkhianatinya

بِٱلْغَيْبِ

dengan gaib/diwaktu dia tidak ada,

وَأَنَّ

dan bahwasanya

ٱللَّهَ

Allah

لَا

Tidak

يَهْدِى

memberi petunjuk

كَيْدَ

tipu daya

ٱلْخَآئِنِينَ

orang-orang yang berkhianat

 

3.      Q.S An-Naml ayat 22- 23

 

فَمَكَثَ

maka ia berdiam/datang

غَيْرَ

tidak jauh/tidak lama

بَعِيدٍ

Kemudian

فَقَالَ

lalu ia berkata

أَحَطتُ

aku telah meliputi/mengetahui

بِمَا

dengan apa

لَمْ

Tidak

تُحِطْ

kamu ketahui

بِهِۦ

Dengannya

وَجِئْتُكَ

dan aku datang/bawa kepadamu

مِن

Dari

سَبَإٍۭ

negeri Saba

بِنَبَإٍ

dengan berita

 

إِنِّى

sesungguhnya aku

وَجَدتُّ

aku menjumpai

ٱمْرَأَةً

seorang wanita

تَمْلِكُهُمْ

ia memerintah mereka

وَأُوتِيَتْ

dan ia diberi/dianugerahi

مِن

Dari

كُلِّ

Segala

شَىْءٍ

Sesuatu

وَلَهَا

dan baginya/ia mempunyai

عَرْشٌ

Singgasana

 

 

C.     Asbab An-Nuzul

1.      Q.S Al-Araf ayat 150

Ayat ini menyebutkan bahwa setelah tiba kembali di tengah kaumnya dan menyaksikan penyelewengan dan penyembahan patung anak sapi oleh Bani Israil, Nabi Musa marah besar dan sangat menyesalkan ketipisan iman kaumnya. Kepada kaumnya, Musa mengatakan, "Hai kaumku, alangkah buruk perbuatan penyelewengan yang kalian lakukan. Mengapa kalian tidak bersabar menungguku yang kini datang dengan membawa petunjuk dan hukum-hukum dari Tuhan."

Sebagai bentuk memuncaknya amarah Musa, Nabi pilihan Allah itu terkesan menyalahkan saudaranya, Harun. Harun dalam membela diri menyatakan bahwa umat tidak mengindahkan nasehatnya dan menganggapnya sebagai orang lemah yang tidak perlu digubris kata-kata dan nasehatnya. Lebih dari itu, mereka juga mencoba membunuh Harun as.

Ungkapan yang disampaikan Nabi Harun as dalam ayat ini juga pernah diucapkan oleh Imam Ali as. Setelah menyaksikan bahwa umat tidak mempedulikan imamah dan kepemimpinan yang oleh Rasul telah ditetapkan untuk Imam Ali as, di pusara Rasulullah Saw, beliau mengulang kata-kata Nabi Harun, "Sesungguhnya kaum ini menganggapku lemah dan hampir membunuhku,"[3]

2.      Q.S Yusuf ayat 52

Ayat ini menerangkan pengakuan istri al-Aziz yang terus-terang mengatakan bahwa dialah yang bersalah, dialah yang menggoda, tetapi Yusuf tetap enggan dan berpaling, karena takut kepada Tuhannya. Semuanya itu menjadi bukti tentang kejujurannya. Ia tidak mau berdusta terhadap Yusuf walaupun Yusuf dalam penjara. Juga supaya diketahui oleh suaminya, bahwa dia berterus-terang seperti itu menunjukkan bahwa dia bersih, terpelihara dari perbuatan keji, karena kekuatan iman Yusuf. Istrinya tidak mau dituduh pengkhianat, sebab Allah swt tidak akan memberi petunjuk kepada setiap pengkhianatan.[4]

3.      Q.S An-Naml ayat 22- 23

Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa wanita itu bernama Ratu Balqis binti Syarahil yang menguasai negeri Saba. Qatadah mengatakan bahwa ibu Ratu Balqis adalah jin perempuan yang ada di negeri Saba, karena itu tumit kaki Ratu Balqis seperti teracak kuda. Zuhair ibnu Muhammad mengatakan bahwa Balqis binti Syarahil ibnu Malik ibnur Rayyan, ibunya bernama Fari'ah jin perempuan. Ibnu Juraij mengatakan, ibu Balqis binti Zu Syarkh bernama Balta'ah.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Ata ibnus Sa-ib, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa teman wanita Sulaiman (yakni Ratu Balqis) mempunyai seratus ribu personel pasukan. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa Ratu Saba' mempunyai dua belas ribu orang pasukan, dan menurut pendapat lainnya lagi seratus ribu orang pasukan.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya aku mempunyai seorang wanita yang memerintah mereka. (An-Naml: 23) Ia berasal dari keluarga kerajaan, dan ia mempunyai dewan senat yang terdiri dari tiga ratus dua belas orang lelaki, masing-masing dari mereka mempunyai sepuluh ribu orang pasukan. Kerajaan mereka berada di suatu tempat yang dikenal dengan nama Ma-rib, jauhnya tiga mil dari kota San'a. Pendapat ini lebih mendekati kebenaran, sebab kebanyakan kerajaan negeri Yaman terletak di situ. Hanya Allah Yang lebih Mengetahui[5]

D.    Tafsir secara global

1.      Al-Araf ayat 150 

Ayat ini ditinjau dari runtutan kisah, seharusnya berada sebelum ayta 149, karena ketika menguraikan hubungannya, penyesalan kaum Nabi Musa A.S itu ada setelah beliau kembali marah dan menunjukan kesesatan mereka. Oleh karena itu jika di tinjau dari segi kronologis kejadiannya, ayat 150 ini seharusnya d tempatkan terlebih dahulu. Para ulama mnejelaskan bahwa penempatan ayat yang lalu mendahului ayat ini dimaksud kan untuk menyegarkan informsi tentang penyesalan mereka setelah kesesatan itu, sebagai pengajaran kepada semua pihak agar bersegera bertaubat dan tidak tergesa0gesa beralih dari satu hal ke hal lain kecuali setelah jels dampak-dampaknya.

Ayat ini menjelaskan keadaan Nabi Musa AS ketika menemukan kaumnya menyembah anak lembu, dan tatkala Nabi Musa telah kembali kepada kaumnya setelah bermunajat kepada Allah, dengan keadaan penuh amarah karena dia mengetahui bahwa kaumnya menyembah anak lembu dan dalam saat yang sama dia juga bersedih hati, atas kesesatan mereka padahal sebelumnya dia berusaha keras menunjuki mereka dan berpesan kepada Nabi Harun AS. Agar memperhatikan kaumnya dan terus menerus menasihati mereka karena itu berkatalah ia khususnya kepada Nabi Harun AS, dan pemuka-pemuka kaumnya : alangkah buruknya kekhalifahan, yakni pelaksanaan tugas yang kamu lakaukan sesudah kepergian-ku! Karena kamu semua wahai yang kupilih dibawah pimpinan Harun selama kepergianku telah membiarkan mereka menyembah selain Allah tanpa kamu halangi secara sungguh-sungguh, padahal kamu telah mengetahui bahwa hal tersebut sangat buruk.

Selanjutnya karena Nabi Musa as. telah berpesan agar jangan melakukan sesuatu yang berbeda dengan tuntunannya sampai ia kembali, maka beliau lebih jauh mengecam mereka dengan menyatakan: Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhan kamu?, yakni mempercepat jatuhnya ancaman-Nya karena pelanggaran kamu? Sungguh Nabi Musa as. sangat marah didorong oleh rasa keberagamaannya yang sangat tinggi, sehingga kemarahan itu menguasai dirinya dan bukan dia yang menguasai amarahnya dan saat itu Nabi Musa as. melemparkan lauh-lauh yang diterimanya ketika bermunajat dan mengambil yakni memegang rambut kepala saudaranya, yaitu Nabi Harun as. Sambil menariknya ke arahnya sebagai gambaran tentang betapa marahnya beliau. Nabi Harun as. berkata: Hai anak ibu-(ku), sesungguhnya kaum ini yang menyembah lembu telah menganggapku lemah serta mengancamku dan hampir-hampir mereka membunuhku karena aku telah bersungguh-sungguh mencegah mereka, dan tidak ada lagi upaya yang dapat kulakukan sebab itu janganlah engkau menjadikan musuh-musuh bergembira melihatku dengan kecamanmu yang keras ini, karena itu berarti engkau dan mereka sama mengecamku, dan janganlah engkau jadikan atau menduga dan mengganggap aku bersama golongan orang-orang yang alim sehingga bila itu terjadi putus hubunganku dengan orang-orang yang kucintai termasuk dirimu wahai saudaraku.

Sikap Nabi Musa dan Nabi Harn yang berbeda terhadap perbuatan kaumnya itu menunjukan pula perbedaan watak kedua orang Nabi Allah ini. Musa  adalah orang yang keras dan tegas menghadapi suatu oerbuatan sesat yang di larang Allah, sedabg Harun adalah orang yang lemah lembut dan tidak mau menggunakan kekerasan dalam menghadapi perbuatan sesat.[6]

2.      Q.S Yusuf ayat 52

Banyak ulama memahami ayat ini sebagai ucapan Nabi Yusuf as. Al-Biqa ‘i menulis bahwa ayat ini seakan-akan menyatakan: Setelah utusan Raja itu kembali lagi untuk menemui Yusuf as. dan menyampaikan kepadanya tentang dua kesaksian menyangkut kebersihan namanya, Yusuf berkata “Yang demikian itu, yakni sikap aku untuk tetap berada dalam tahanan sampai jelasnya kebenaran adalah agar dia (suami wanita yang merayu) aku mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak mengkhianatinya dibelakangnya, baik pada istri maupun selain istrinya, dan agar wanita itu mengetahui dengan pengakuannya dalam keadaan dia berada dalam keadaan lapang dan diliputi oleh rasa aman, serta sikapku bertahan dalam kesulitan dan rasa takut bahwa Allah tidak membuat tipu daya orang-orang yang berkhianat berhasil. Tetapi pasti Allah swt. menampakkan kebenaran walau para pengkhianat berusaha sekuat tenaga untuk menutup-nutupinya.”

Ayat ini menerangkan pengakuan istri Al-Aziz yang terus terang mengatakan bahwa dialah yang bersalah, dialah yang menggoda, tetapi Yusuf tetap enggan dan berpaling, karena takut kepada Allah. Semua itu menjad bukti tentang kejujurannya. Ia tidak mau berdta terhadap Yusuf walaupun Yusuf dalam penjara, juga supaya diketahui oleh suaminya, bahwa da terus terang seperti itu menunjukan bahwa dia bersih, terpelihara dari perbuatan keji karena kekuatan iman Yusuf. [7]

3.      Q.S An-Naml ayat 22-23

Ayat yang lalu menggambarkan Nabi Sulaiman as. mencari burung Hud-hud dan mengancam bahkan bersumpah untuk menyiksa atau membunuhnya maka tidak lama kemudian setelah Nabi Sulaiman as. bersumpah itu datanglah Hud-hud lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui pengetahuan yang menyeluruh tentang sesuatuyang engkau belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba’ yang berlokasi di Yaman suatu berita penting yang meyakinkan yakni yang pasti benar. Sesungguhnya aku menemukan seorang wanita (yang  konon bernama Balqis putri Syurahil) yang memerintah mereka yakni penduduk negeri Saba’ itu, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Kata ahathtu terambil dari kata ahatha yang berarti meliputi dan mengelilingi sehingga tidak satu bagian pun dari yang dikelilingi itu, yang berada di luar jangkauan. Dari sini pagar yang mengelilingi rumah dinamai hithab. Yang dimaksud oleh sang Hud-hud adalah pengetahuannya yang sangat luas dan menyeluruh menyangkut kerajaan Saba’ melebihi pengetahuan Nabi Sulaiman as.

Ucapan Hud-hud ahbatu bima lam tuhith bihi (aku telah mengetahui sesuatu yang engkau belum mengetauinya mengisyaratkan kepada nabi sulaiman bahawa betapapan beliau dianugerahi kekuasaan yang demikian besar, tetapi itu bukan berarti bahwa segala kekuasaan atau pengetahuan telah beliau miliki. Masih banyak yang lain yang tersembunyi dan yang boleh jadi diketahui oleh siapa yang lebih rendah kedudukannya. Ini adalah pelajaran berharga buat setiap orang agar tidak merasa mengetahui segalanya atau enggan bertanya apalagi kepada bawahannya. Agaknya ucapan Hud-hud inilah yang menjadikan amarah Nabi Sulaiman as. mereda, atau paling tidak itulah tujuan pertama Hud-hud mengucapkannya. Perlu diingat bahwa “ucapan” Hud-hud ini, tidak harus dipahami dalam arti bahasa lisan yang terdengar, bisa saja dalam bentuk isyarat dan gerak, atau dengan cara apapun yang dipahami oleh Nabi Sulaiman as. berdasar pengajaran Allah kepada beliau. Kalimat utiyat min kulli syai’in dia dianugerahi segala sesuatu bukan dalam pengertian umum, tetapi dianugerahi segala sesuatu yang dapat menjadikan kekuasaannya langgeng, kuat dan besar. Misalnya tanah yang subur, penduduk yang taat, kekuatan bersenjata yang tangguh, serta pemerintahan yang stabil. Sang Hud-hud tidak menyebut siapa yang menganugerahkannya, bukan saja karena sudah jelas bahwa penganugerahnya adalah Allah, tetapi juga untuk mengisyaratkan aneka sebab yang mengantar mereka memiliki sebab-sebab kekuatan itu.[8]

E.     Tafsir Ayat Peradilan (Kandungan Hukum)

1.      Q.S Al-Araf ayat 150

Dalam menghadapi penyelewengan pemikiran, kita harus menunjukkan sikap tegas seperti yang ditunjukkan Nabi Musa menyaksikan penyelewengan umat.

Seperti hal nya dalam pengadilan, mahkamah dan hakim juga harus menunjukan sikap tegas dalam setiap persolan yang di hadapi dalam persidangan.[9]

2.      Q.S Yusuf ayat 52

menyadari bahwa Nabi Yusuf as itu bukanlah orang biasa, raja bermaksud membebaskan beliau dari penjara seketika itu juga. Tetapi beliau menolak untuk dibebaskan sebelum diadakan pemeriksaan lengkap mengenai perkara beliau, dan sebelum beliau terbukti bersih dari tuduhan yang dikenakan kepada beliau.Lewat persidangan yang dilakukan raja, kebenaran akhirnya terungkap, Nabi Yusuf. as sama sekali tidak bersalah dan yang bersalah adalah istri Potifar sendiri. Beliau tidak pernah mengkhianati kebaikan dari Potifar. Nabi Yusuf As kemudian mendapat kedudukan terhormat sebagai pejabat keuangan kerajaan, seperti apa yang beliau inginkan. Allah swt telah mengangkat derajat beliau  ketempat yang mulia, baik dalam urusan dunia maupun dalam hal kerohanian, karena keimanaan dan ketakwaannya, kemudian tetap bersabar atas segala cobaan yang ditimpakan kepada beliau.[10]

3.      Q.S An-Naml ayat 22-23

Alquran surat al-Naml: 23-44 bukan hanya mengambarkan keberadaan

kepemimpinan perempuan saja, aka tetapi juga memaparkan karakteristik Balqis dalam memimpin negeri Saba’, seperti demokratis, bijaksana, cerdas, teliti, cinta damai dandiplomasi. Ini menunjukkan bahwa dalam diri Balqis mempunyai karakteristik dan sifat-sifat kepemimpinan dalam memimpin suatu pemerintahan. Karakteristikkepemimpinan yang dimiliki oleh Balqis juga bagus. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memberikan peluang atau tidak membatasi ruang gerak perempuan dalam berkratifitas dan berprestasi sesuai dengan skill dan keahliannya.[11]


 

4.      Kesimpulan

1.      Q.S Al-Araf ayat 150

Kandungan hukum dari ayat ini adalah Dalam menghadapi penyelewengan pemikiran, kita harus menunjukkan sikap tegas seperti yang ditunjukkan Nabi Musa menyaksikan penyelewengan umat.

2.      Q.S Yusuf ayat 52

menyadari bahwa Nabi Yusuf as itu bukanlah orang biasa, raja bermaksud membebaskan beliau dari penjara seketika itu juga. Tetapi beliau menolak untuk dibebaskan sebelum diadakan pemeriksaan lengkap mengenai perkara beliau, dan sebelum beliau terbukti bersih dari tuduhan yang dikenakan kepada beliau.Lewat persidangan yang dilakukan raja, kebenaran akhirnya terungkap, Nabi Yusuf. as sama sekali tidak bersalah dan yang bersalah adalah istri Potifar sendiri. Beliau tidak pernah mengkhianati kebaikan dari Potifar. Nabi Yusuf As kemudian mendapat kedudukan terhormat sebagai pejabat keuangan kerajaan, seperti apa yang beliau inginkan. Allah swt telah mengangkat derajat beliau  ketempat yang mulia, baik dalam urusan dunia maupun dalam hal kerohanian, karena keimanaan dan ketakwaannya, kemudian tetap bersabar atas segala cobaan yang ditimpakan kepada beliau

3.      Q.S An-Naml ayat 22-23

Alquran surat al-Naml: 23-44 ini bukan hanya mengambarkan keberadaan

kepemimpinan perempuan saja, aka tetapi juga memaparkan karakteristik Balqis dalam memimpin negeri Saba’, seperti demokratis, bijaksana, cerdas, teliti, cinta damai dandiplomasi. Ini menunjukkan bahwa dalam diri Balqis mempunyai karakteristik dan sifat-sifat kepemimpinan dalam memimpin suatu pemerintahan. Karakteristikkepemimpinan yang dimiliki oleh Balqis juga bagus. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memberikan peluang atau tidak membatasi ruang gerak perempuan dalam berkratifitas dan berprestasi sesuai dengan skill dan keahliannya.


 

DAFTAR PUSTAKA

http://www.hajij.com/id/the-noble-quran/item/1114-tafsir-al-quran-surat-al-araf-ayat-150-153-

https://bewaramulia.com/tafsir-singkat-dan-isi-kandungan-surah-yusuf/#Isi_Kandungan_Surah_Yusuf_Ruku_Ke-7_Ayat_51-58

Jurnal At-Tibyan Volume 3 No.1, Juni 2018

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : pesan, kesan, dan keserasian Al-Quran (vol. 1, Jakarta: Lentera Hati, 2003) Hal. 197

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : pesan, kesan, dan keserasian Al-Quran (vol. 1, Jakarta: Lentera Hati, 2003) Hal. 251

 

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : pesan, kesan, dan keserasian Al-Quran (vol. 1, Jakarta: Lentera Hati, 2003) Hal. 466

http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-naml-ayat-22-26.html?m=1

https://tafsirweb.com/2604-quran-surat-al-araf-ayat-150.html

https://risalahmuslim.id/quran/an-naml/27-23/



[1] https://tafsirweb.com/2604-quran-surat-al-araf-ayat-150.html

[2] https://risalahmuslim.id/quran/an-naml/27-23/

[3] https://tafsirweb.com/2604-quran-surat-al-araf-ayat-150.html

[5] http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-naml-ayat-22-26.html?m=1

[6] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : pesan, kesan, dan keserasian Al-Quran (vol. 1, Jakarta: Lentera Hati, 2003) Hal. 251

[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : pesan, kesan, dan keserasian Al-Quran (vol. 1, Jakarta: Lentera Hati, 2003) Hal. 466

[8] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : pesan, kesan, dan keserasian Al-Quran (vol. 1, Jakarta: Lentera Hati, 2003) Hal. 197

[9] http://www.hajij.com/id/the-noble-quran/item/1114-tafsir-al-quran-surat-al-araf-ayat-150-153-

[10] https://bewaramulia.com/tafsir-singkat-dan-isi-kandungan-surah-yusuf/#Isi_Kandungan_Surah_Yusuf_Ruku_Ke-7_Ayat_51-58

[11] Jurnal At-Tibyan Volume 3 No.1, Juni 2018


Lebih baru Lebih lama