Menghadap kiblat adalah syarat sah shalat. Melaksanakan Thawaf wajib menghadap kiblat. Menguburkan Jenazah dengan menghadap kiblat, wajib bagi Orang yang masih hidup. Menurut Hanafi: bagi yang dekat, wajib ainul kakbah. Bagi yang jauh, cukup jihatul kakbah atau cukup ke Barat tanpa ilmu falak. Sedangkan Syafi’i berpendapat bagi yang dekat, wajib ainul kakbah. Bagi yang jauh, harus menyengaja menghadap ‘ain kakbah dengan menggunakan ilmu falak.
Banyak sekali pendapat para ahli falak terkait koordinat Ka’bah. Dalam hal ini penulis mengikuti pendapat dari Ahmad Izzuddin. Lintang ka’bah = 21 ͦ 25’ 21,17” LU, 39 ͦ 49’ 34,56” BT. Jika Bumi berbentuk bola sempurna, maka ada tempat di permukaan bumi yang semua arahnya adalah arah kiblat, yakni :
- Di ka’bah itu sendiri (di atas/ dalam)
- Di antipode ka’bah (titik balik koordinat ka’bah).
Koordinat Antipode Ka’bah ini merupakan kebalikan dari koordinat ka’bah -21 ͦ 25’ 21,17” LS, 140 ͦ 10’ 25,44” BB.
AZIMUT artinya ARAH, namun sudutnya harus dihitung dari utara sejati searah jarum jam. Azimut memiliki Acuan 0 ͦ selalu di titik utara sejati. 0 ͦ = utara, 90 ͦ = Timur, 180 ͦ = Selatan, 270 ͦ = Barat. Dihitung searah jarum jam. Dihitung sepanjang lingkaran horizontal (datar) Menjadi Standar dalam kajian astronomi.
Arah memiliki Acuan 0 ͦ boleh dihitung dari salah satu mata angin (boleh dari Utara/Timur/Selatan/Barat). Dihitung searah/berlawanan jarum jam sesuai dengan acuan mata anginnya. Dihitung sepanjang lingkaran horizontal (datar). Tidak menjadi standart dalam kajian astronomi, hanya untuk mempermudah observasi.
HISAB ARAH KIBLAT
A = Lintang Tempat
B = Lintang Ka’bah = 21 ͦ 25’ 21,17”
C = Selisih Bujur Makah dan Daerah
Arah Kiblat = Atan ( Tan B x Cos A : Sin C – Sin A : Tan C ) x-1
NB : Jika Hasil Positif, maka Arah Kiblat dihitung dari Utara, Jika Negatif, maka dihitung dari Selatan.