AWAL WAKTU SHALAT PRESPEKTIF FIKIH DAN ASTRONOMI

 Awal Waktu Shalat Perspektif Fikih dan Astronomi

Secara etimologi Shalat artinya do’a.  Secara terminology / istilah para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Lahir artinya beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, merupakan bentuk ibadah kita kepada Allah dengan syarat – syarat yang telah ditentukan. Hakiki artinya berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, yang mendatangkan ketakwaan kepada-Nya serta menumbuhkan dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya atau mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua – duanya.

أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِدُلُوكِ ٱلشَّمْسِ إِلَىٰ غَسَقِ ٱلَّيْلِ وَقُرْءَانَ ٱلْفَجْرِ ۖ إِنَّ قُرْءَانَ ٱلْفَجْرِ كَانَ 
مَشْهُودًا
Artinya : Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra’ 78)

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Artinya :“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu/wajib yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman” (An-Nisa’ 103)

وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عَمْرِوٍ – رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا – أَنَّ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: ” وَقْتُ اَلظُّهْرِ : إِذَا زَالَتِ اَلشَّمْسُ, وَكَانَ ظِلُّ اَلرَّجُلِ كَطُولِهِ, مَا لَمْ تَحْضُرِ اَلْعَصْرُ, وَوَقْتُ اَلْعَصْرِ: مَا لَمْ تَصْفَرَّ اَلشَّمْسُ, وَوَقْتُ صَلَاةِ اَلْمَغْرِبِ: مَا لَمْ يَغِبِ اَلشَّفَقُ, وَوَقْتُ صَلَاةِ اَلْعِشَاءِ: إِلَى نِصْفِ اَللَّيْلِ,  وَوَقْتُ صَلاَةِ الصُّبْحِ: مِنْ طُلُوْعِ الفَجْرِ 
مَا لَمْ تَطْلُعِ الشَّمْسُ رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Waktu shalat Zhuhur jika matahari sudah tergelincir ke barat ketika itu panjang bayangan sama dengan tinggi seseorang, selama belum masuk shalat ‘Ashar. Waktu shalat ‘Ashar adalah selama matahari belum menguning. Waktu shalat Maghrib adalah selama belum hilang cahaya merah pada ufuk barat. Waktu shalat Isya adalah sampai pertengahan malam. Waktu shalat Shubuh adalah dari terbit fajar selama belum terbit matahari.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 612]

Sejarah Disyariatkan

Perintah mendirikan shalat dimulai setelah peristiwa Isra Mi’raj  Nabi langsung bertemu Allah SWT. Menurut KH Turaichan Adjuri (Pencetus penanggalan menara kudus), peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada Senin kliwon, 27 Rajab -1 H, 12 tahun kenabian (nabi berusia sekitar 52 thn), 512 thn Jawa, 18 februari 622 M. Nabi SAW Bertemu dengan Allah SWT di ‘Arsyi bukan berarti Allah berada di sana, melainkan itu merupakan tempat khusus yang disediakan khusus untuk pertemuan Nabi dan Allah. Nabi SAW bertemu : Langit 1=Adam, 2=Yahya & Isa, 3=Yusuf, 4=Idris, 5=Harun, 6=Musa (bolak balik 9 kali @ = -5 waktu shalat), 7=Ibrahim (sidratul muntaha), 8=alam Sirri, 9=Alam Sirrus sirri, 10=alam Rof Rof, 11=Alam Arsyi. 

Inspirasi Waktu Shalat

  • Subuh = Sujud Syukurnya Nabi Adam saat menemukan cahaya fajar mulai terang
  • Dhuhur = Sujud Syukurnya Nabi Daud saat permintaan maaf  diterima oleh Allah terkait menikah dengan mantan istri panglimanya.
  • Ashar = Sujud Syukurnya Nabi Sulaiman saat menemukan kembali cincin miliknya
  • Maghrib = Sujud Syukurnya Nabi Ya’qub saat bertemu kembali dengan anaknya Nabi Yusuf.
  • Isya’ = Sujud Syukurnya Nabi Yunus setelah bisa keluar dari perut ikan yang menelannya hidup-hidup. 

Astronomi

  • Subuh = munculnya fajar shadiq, Kemenag = -20  ͦ, Slamet Hambali = -19  ͦ – sdb – ref – dip, Tono Saksono = -13  ͦ.
  • Terbit = terbit matahari, Kemenag = -1, Noor Ahmad SS = -1 ͦ13’, Slamet Hambali = - sdb – ref – dip.
  • Dhuha = Matahari setombak, h = 3   ͦ; 4  ͦ; 4  ͦ30’
  • Dhuhur = Matahari tergelincir  menghitung saat matahari menyentuh meridian.
  • Ashar = Bayangan = tinggi tongkat  ada yang 2 kali bayangan = tongkat  Cotan h = tan Z +1 atau +2
  • Maghrib = terbenam matahari  Kemenag = -1, Noor Ahmad SS = -1 ͦ13’, Slamet Hambali = - sdb – ref – dip.
  • Isya’ = hilang mega merah  Kemenag = -19  ͦ, Slamet Hambali = -17  ͦ – sdb – ref – dip, Tono Saksono = -11  ͦ.




Lebih baru Lebih lama