PLUS-MINUS PACARAN DAN RAMBU-RAMBU PACARAN


Istilah pacaran tidak lepas dari remaja, karena salah satu ciri remaja menonjol adalah rasa senang terhadap lawan jenis disertai keinginan untuk memiliki. Pacaran merupakan salah satu bentuk ekspresi akibat adanya perbedaan naluria seks antara dua jenis kelamin yang disebabkan oleh kematangan seksual. Ciri yang menonjol dalam kehidupan remaja adalah adanya perasaan untuk mencintai dan dicintai oleh orang lain. Salah satu akibat dari berfungsinya hormone gonadrofik yang diproduksi oleh kelenjar hypothalamus adalah muculnya perasaan yang lebih tinggi, yaitu cinta romantic.

            Pacaran berasal dari kata ‘pacar’ yang berarti teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih atau bisa disebut kekasih. Sedangkan arti kata berpacaran adalah bercintaan atau berkasih-kasihan. Saat sepasan remaja beda jenis mulai menjalin suatu hubungan pacaran maka timbul rasa ingin bersikap romantic kepada pasangannya.[1] Cinta romantis menandai kehidupan percintaan para remaja dan juga merupakan  hal yang penting. Cinta yang romantis meliputi sekumpulan emosi yang saling bercampur seperti rasa takut, marah, hasrat, seksual, kesenangan, dan rasa cemburu. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman remaja terdapat cinta romantic arau hubungan pacaran menjadi salah satu factor yang sangat mempengaruhi dalam fase perkembangannya.[2] Pacaran bukanlah cinta melainkan pacaran itu bentuk dari hawa nafsu yang gagal dikendalikan atau hawa nafsu yang tak terkontrol. Tidak ada cinta antar lawan jenis sebelum pernikahan dalam  islam kecuali hawa nafsu.

Artinya: “Maka pernakah kamu mellihat orang yang menjadikan hawa nafsunnya sebagai tuhannya dan Allah membiarkan sesat berdasarkan ilmunya dan Allah telah mengunci mati pendengarannya dan hatinya dan meletakkan tutupan aras penglihatannya?  Maka siapakah yang akan memberi nya petumjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al-Jaatsiyah (45): 23) [3]

Hukum mencintai sebelum pernikahan menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah: jika kecintaan timbul dengan sebab yang tidak ada bahayannya maka pelakunnyatidak tercela. Maksudnya adalah jika kita menyukai seorang laberkomunikasi yang tidak penting, berkhalwat, bersentuhan dan lain-lain melainkan hanya sekedar menyembunyikan perasaan dalam hati saja, maka itu tidak apa-apa atau tidak berdosa, karena bisa menghindari diri dari perbuatan-perbuatan yang mendekati zina. Berbeda dengan pacaran karena pacaran tidak menahan atau menyembunyikan perasaan melainkan terang -terangan saling menyukai satu sama lain maka hal ini dapat menyebabkan bahaya perbuatan mendekati zina bagi keduannya.

 Dalam islam tidak dikenal istilah pacaran, yang ada adalah ta’aruf. Istilah diambil dari bahasa arab, yaitu berasal dari kata ‘arafa, ya’rifu atau ta’aarafa’aarafu yang artinya kenal, mengenal, mengenali. Arti istilah ta’ruf sangat luas yang bermakna silaturahmi namun ta’aruf yang disini adalah proses saling mengenal antara dua orang lawan jenis yang ingin menikah. Jika diantara mereka berdua ada kecocokan maka bisa berraran lanjut kejenjang pernikahan, tapi jika tidak maka perempuan prosespun berhenti dan tidak berlanjut.[4]

Macam-Macam Pacaran

            Macam-macam pacaran menurut Muhammad Muhyidin dalam terbagi menjadi dua,

Yaitu:

1.      Sebuah pacaran yang memperbodoh

Pacran yang memperbodoh ini dapat didefinisikan sebagi wujud dari pacaran yang membuat kekasih terjauhkan dari nilai-nilai moral agama (moralitas agama). secara lebih jelasnya, kita menemukan tiga maksud dari istilah pacaran yang memperbarui diri melalui sudut pandang kita sebagai orang beriman, yaitu :

a)      Pacaran yang ditandai dengan percakapan kekasih yang berkencan yang berdua-duan untuk melakukan hal-hal terlarang

b)      Pacaran  yang menyebabkan para pencinta mengurangi kerusakan psikis

c)      Pacran yang menyebabkan para pencinta mengurangi kerusakan fisik

2.      Pacaran yang mencerdaskan

Pacaran yang mencerdaskan adalah persetujuan laki-laki dan perempuan yangterlibat hubungan asmara dan mereka bisa mencapai kebahagian, kenyamanan dan kedamian karena menjadikan Allah SWT sebagai proses cinta mereka. Ialah pacaran yang menjadikan Allah SWT sebagai pusat cinta, menjadikan keridhoanya sebgai tujuan cinta, dan menjadikan cintanya tujuan untuk mengembangkan cinta diantara mereka.

Denga cara demikian, para pecinta dan pecinta yang dicinta tidak akan pernah merasakan gejolak jiwa yang membuat diri mereka sendiri celaka. Kerinduan, tantangan, dan  sifat-sifat yang dibuang negative terkait dengan sifat umum, yang diterima oleh para pecinta yang tidak akan membuat pecinta tertarik oleh sebab yang dicinta tidak memenuhi harapanya.[5]

Dampak Pacaran

            Cinta itu merupkan anugrah tuhan. Maka ia menjadi milik semua orang. Dan rremjapun lumrah untuk saling menaksir dan berpacran. Namun, ini repotnya cinta itu suka dijahili setan sehingga ada cinta yang salah jalan, salah kaprah, kelewatan batas, dan membuat menderita. Akibatnya segala yang dilakukan atas nama cinta menjadi zina secra terang-terangan. Mata berzina, telinga berzina, tangan berzina dan seluruh anggota badan lainya. Yang paling klasik, munculnya budaya pacaran yang sesungguhnya bukan pacaran melainkan perzinaan. Jika pacaran yang asalnya untuk saling mengenal, maka kini berubah menjadi upaya saling melampiaskan nafsu hawani.

            Pacran itu jalan setan yang lurus (jalan menuju neraka) karena fitnah seksual adalah symbol setan yang sangat efektif setiap orang mempunyai nafsu birahi. Nafsu ini sengaja ditunggu oleh setan agar manusia dapat melampiaskanya diluar jalur islam. Diantara cara setan menunganggi nafsu birahi ini adalh dengan pacaran. Saat berduan dengan sang pacar, setan menjadi pihak yang aktif membisikkan kepada mereka berdua untuk menghabiskan waktunya dengan penuh kemesraan. Setan terus menerus membisikkan kenikmatan yang semu sehingga insan berdua terlarut dalam kenikmatan berpacaran yang mengantarkan pada jurang kehinaan akibatnya, dia tidak berfikir akan ada akibat yang muncul kemudian. Setelah berzina lantas hamil kemudian aborsi atau membunuh bayi yang baru dilahirkan. Dosa itu bertumpuk memenuhi kehidupanya. Itulah setan yang tidak berhenti membisikan kenikmatan semu. Allah SWT berfirman yang artinya “setan memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong kepada mereka, padaha setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. (QS.Annisa:120)

            Jalan yang mengantarkan seseorang menuju zina yaitu halwat dan ikhtilat. Halwat yaitu dua lawan jenis yang bukan mukhrim berduan ditempat yang sepi. Sedangkan ikhtilat campur baurnya antara lawan jenis tanpa pemisah sehingga menimbulkan kontak fisik. Dua hal itu jelas diharamkan dalam islam. Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak bertentangan dengan syariat islam. Karena tidak satupu ayat hadis secara explicit melarangnya. Islam hanya member batasan-batasan antara yang boleh dan tidak boleh dalam hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim.

Rambu-rambu Pergaulan

1.      Tidak melakukan perbutan yang mengarahkan kepada zina

Allah STW berfirman dalam surat Al Isra 32.2 “Dan janganlah kamu mendekati [i]zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. Maksud dari ayat diatas, janganlah kamu melakukan perbuatan-perbuatan zina. Diantara perbuatan tersebut seperti berdua-duan dengan lawan jenis ditempat yang sepi. Bersentuhan termasuk bergandengan tangan, bercium dan lain sebagainya.

2.      Tidak menyenntuh perempuan yang bukan mukhrimnya

Dari Aisyah r.a berkata “Tangan Rasullallah SAW tidak pernah sama sekali menyentuh tangan perempuan dalam baiat, baiat rasullallah dengan mereka adalh berupa ucapan”. (H.R.Bukhari).

3.      Tidak berduan dengan lawan jenis yang bukan mahromnyaNabi Muhammad SAW. Bersabda “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah bersunyi sepi berduan dengan wanita yang tidak didampingi mahromnya, sebab bila demikian setanlah yang menjadi pihak ketiganya”. (H.R.Muslim)

4.      Harus menjaga mata dan pandangan.

Mata itu kunci hati. Dan pandangan itu pengutus fitnah yang sering membawa kepada perbutan zina. Oleh karena Allah SWT berfirman dalam surat An-nur ayat 30 “katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluanya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka perbuat”. Yang dimaksud menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak melepas pandangan begitu saja apalagi memandan lawan jenis penuh dengan gelora nafsu. Sesungguhnya hanya boleh memandang lawan jenis seperlunya saja atau tidak berlebihan.

5.      Menutup aurat

Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan dilarang memakai pakaian yang mempertontonkan benntuk tubuh.[6]



[1] Athoillah, Selamat Tinggal Pacaran,(Jakarta: PT.Elex Media Komputindo,2016), hlm2-4

[2] Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, (Jakarta : Al-Huda,2006), hlm 283-284

[3] Al-Quran dan Terjemahannya (Departemen Agama RI ,Bandung : CV.Penerbit Diponegoro, 2010) hlm 501

[4] Abu Al Ghifari, Op.Cit. hlm 72

[5] Muhammad Muhyidin, Pacaran Setengah Halal Setengah Haram (http:eprints.uny.ac.id) 17 Februari 2020.14.30 WIB

[6] Ahmad Tahtawi , Kalo Cinta Dilamar Aja!, (Yogyakarta : Araska, 2017), hlm.62

Lebih baru Lebih lama