PERKEMBANGAN ILMU FALAK

PERKEMBANGAN ILMU FALAK

    Sebenarnya perkembangan Ilmu Falak itu berbanding lurus dengan perkembangan pemikiran manusia mengenai alam. Tanpa manusia mulai memikirkan tentang alam, maka ilmu falak/astronomi tidak akan berkembang atau bahkan tidak akan lahir. Sejarah mengenai itu sudah banyak referensi, bahkan di berbagai negara memiliki sejaranya masing-masing. Namun ada benang merah sejarah yang dapat dijadikan patokan perkembangan ilmu falak hingga sekarang 

    Orang zaman dulu mengambil kesimpulan bukan hanya dari fakta yang mereka lihat, tapi banyak juga disertai oleh imajinasi-imajinasi mereka. Imajinasi tersebutlah yang akhirnya melahirkan mitologi-mitologi yang ada di berbagai peradaban. Imajinasi-imajinasi ini masih ada yang diabadikan dan dipakai hingga sekarang sebagai nama-nama paten suatu objek, seperti nama-nama planet, nama-nama rasi bintang, nama-nama bulan , nama-nama hari dll.
  1. Mesopotamia, Mesir kuno (abad 8 SM), mereka berpendapat seperti itu karena mereka melihat  Bumi memang seperti bidang datar nan luas jadi sangat tidak logis jika Bumi dianggapkan dalam bentuk selain datar.
  2. Thales berpendapat bahwa bumi berbentuk datar dan mengambang di air. Bumi ibarat kayu yang mengambang di tengah lautan.
  3. Anaximander meyakini bahwa bumi berbentuk silinder pendek dengan permukaan datar dan mengambang di udara. 
  4. Anaximenes percaya bahwa benda-benda langit berbentuk datar, dan kemungkinan besar dia juga berpikir bumi berbentuk datar.
  5. Pytagoras (abad 6 SM / 500 SM), Aristoteles (330 SM) : gagasan bumi bulat : .
  6. Aristoteles pada 330 SM, beliau dipercaya menjadi orang pertama yang menulis pendapat Bumi itu Bulat dalam bukunya On the Heavens. 
  7. Gagasan Aristoteles tersebut disepakati oleh filsuf-filsuf setelahnya seperti Eratosthenes, Euclid, Aristarchus, dan Archimedes.
  8. Bahkan Eratosthenes berhasil mengukur keliling bumi dengan menggunakan teori Bumi bulat
Alasan Aristoteles Globe Earth

  • Dia menyadari bahwa gerhana bulan disebabkan oleh Bumi yang berada diantara Bulan dan Matahari. Bayangan Bumi pada permukaan Bulan selalu bundar. Hal ini hanya mungkin bila Bumi bulat. Apabila Bumi datar, maka bayangannya lonjong dan hanya bulat apabila Bulan berada di atas ubun-ubun.
  • Dari perjalanan yang pernah dilakukan saat itu, orang-orang Yunani mengetahui bahwa Bintang Utara tampak lebih rendah di langit bila pengamat berada lebih ke selatan (karena terletak di atas kutub Utara). Bintang Utara berada tepat di atas ubun-ubun seorang pengamat di Kutub Utara, dan di atas horizon bila ia di khatulistiwa). Hal ini hanya mungkin bila Bumi bulat.
  • Kapal yang muncul dan tenggelam di horizon (batas terjauh yang bisa teramati). Apabila ada kapal yang berlayar menjauhi kita, maka badan kapal tersebut akan tenggelam terlebih dahulu di horizon. Begitu pula sebaliknya, bagian atas kapal akan terlihat terlebih dahulu di horizon apabila mendekati kita.
Eratosthenes keliling Bumi
  • Eratosthenes (276 SM) memperkuat pandangan Bumi itu Bulat dengan percobaannya mengukur jari-jari bumi dan keliling bumi memanfaatkan bayangan Matahari dan perhitungan matematika.
  • Dia memanfaatkan perbedaan bayangan antara dua tongkat di kota Aswan (Siena) dan kota Alexandria akibat lengkung bumi untuk mengukur keliling Bumi.
  • Di kota Aswan (Siena), bayangan tidak terbentuk karena sinar matahari tegak lurus dengan permukaan bumi. Sementara di kota Alexandria, sinar matahari tidak tegak lurus dengan permukaan bumi. Sudut antara tongkat dan bayangan bisa dicari. Eratosthenes mendapatkan bahwa sudutnya adalah sebesar 7,2o.
  • Kalau tongkat di Alexandria dan di Aswan tersebut kita tarik garis lurus sampai dengan pusat Bumi, kira-kira kita akan mendapatkan gambar seperti berikut ini:
  • Dengan menggunakan prinsip sudut sehadap dan bertolak-belakang, bisa diketahui bahwa sudut antara kota Alexandria dan kota Aswan juga sama dengan 7,2o
  • Keliling itu bisa dicari dengan persamaan berikut ini: (360°)/(7,2°)  𝑥 𝐿
  • Eratosthenes membayar orang untuk berpergian dengan unta untuk mengukur jarak antara kedua kota tersebut. Dia mendapatkan jaraknya adalah 5000 stadia (sekitar 925 km). Dengan demikian, dia bisa memasukkan angka ini ke dalam rumus di atas. Hasilnya adalah sebagai berikut:
  • Keliling = (360°)/(7,2°)  𝑥 925 𝐾𝑀 = 46.250 KM
  • Kalau dibandingkan dengan keliling bumi yang diukur di zaman modern (40.075 km), perhitungan Eratosthenes ini cuma meleset sekitar 15%. 
Manusia memikirkan Pusat Jagat Raya Egosentris / Antroposentris


  • Melihat kenyataan bahwa semua benda langit mengelilingi manusia dimanapun manusia berada, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Manusia adalah pusat jagat raya.
Geosentris


  • Geosentris : Teori yang mengatakan bahwa pusat jagat raya adalah  Bumi
  • Egosentris tidak masuk akal karena jika dianggap manusia pusat jagat raya maka pusat jagat raya ada banyak sebab manusia juga ada banyak. 
  • Maka dicarilah objek yang benar-benar menjadi pusat benda langit yakni tempat manusia tinggal, Bumi. Pada kenyataannya semua benda langit yang mereka lihat benar-benar mengelilingi Bumi. 
Heliosentris
  • Heliosentris : Teori yang mengatakan bahwa pusat jagat raya adalah  Matahari
  • Model Geosentris milik Ptolemeus gerak planetnya aneh, melingkar 'epicycles' terhadap pusat “deferents” yang  mengelilingi Bumi.
  • Jika Bumi sebagai pusat jagat raya seharusnya planet-planet tidak memiliki gerak epicycle, bergerak melingkar mulus tanpa efek retrograt
  • Maka muncul kesadaran teori Heliosentris dan ternyata jika dimodelkan dengan teori heliosentris justru gerak planet menjadi teratur (melingkar sempurna tanpa epicycles).
  • Tokoh : Nicolas Copernicus (1473 – 1543 M)
Fakta pengamatan Fase Planet


  • Planet Merkurius dan Venus memiliki fase lengkap seperti Bulan. Ada fase cekung, fase penuh dan fase cembung.
  • Planet Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus  tidak memiliki fase lengkap, hanya ada fase penuh dan fase cembung.
  • Hal ini memperkuat teori heliosentris, sekaligus membuktikan bahwa Merkurius dan Venus berada pada urutan di antara Matahari dan Bulan, sedangkan planet lainnya di luar orbit Bumi
Planet Inferior dan Superior


Berdasarkan Bumi sebagai pembatas, maka ada dua macam planet
  • Planet Inferior : Planet-planet yang orbitnya terletak di antara orbit Bumi dan Matahari  Merkurius dan Venus.
  • Planet Superior :  Planet-planet yang orbitnya terletak di luar dari orbit Bumi  Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus.

Pengaruh Teori Bumi Bulat dalam Ilmu Falak

Semua metode dalam kitab atau buku berbasis keilmuan falak memakai teori Bumi Bulat untuk menghitung arah kiblat dan waktu Shalat. 
  1. Bumi Bulat Sempurna : Durusul Falakiyah, Syawariqul Anwar, dan Buku Ilmu Falak Kemenag
  2. Bumi Bulat Elipsoid : Jamiatul Adillah dan Buku Jean Meeus

Lebih baru Lebih lama