TAFSIR AYAT PERADILAN KEBENARAN DALAM ALQURAN
A.
Larangan
Mencampur Adukkan Antara Yang Hak Dan Yang Batil
1.
Surah Al-Baqarah
ayat 42
a.
Ayat
وَلَا تَلۡبِسُواْ ٱلۡحَقَّ بِٱلۡبَـٰطِلِ
وَتَكۡتُمُواْ ٱلۡحَقَّ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
b. Terjemah
Artinya: “Janganlah kalian campur-adukkan antara
kebenaran dan kebatilan, dan kalian sembunyikan yang benar padahal kamu
mengetahuinya”. (Q.S Al-Baqarah: 42)
c. Makna Mufrodat
وَلَا =
dan jangan
تَلْبِسُوا = kamu campur adukkan
ٱلْحَقَّ = hak/kebenaran
بِٱلْبَٰطِلِ = dengan yang bathil
وَتَكْتُمُوا۟ =
dan kamu sembunyikan
ٱلْحَقَّ = hak/kebenaran
وَأَنتُمْ = dan kalian
تَعْلَمُونَ =
(kalian) mengetahui[1]
d. Asbabun Nuzul
Ayat ini diturunkan sebagai
bukti kedurhakan yang tampak pada orang Bani Israil pada ayat ini adalah
keberanian mereka menyembunyikan isi kandungan yang ada dalam kitab Taurat.
Sesuatu yang disembunyikan di sini adalah menyembunyikan keterangan mengenai
nabi akhir zaman yang ada pada kitab Taurat.
Dalam kitan Al Barzanji diterangkan,
ada seorang bernama Ka’ab Al Achbar. Dia menceritakan bahwa ayahnya telah
mengajarinya mengenai kitab Taurat. Namun ternyata ada satu lampiran yang belum
diterangkan oleh ayahnya. Hal itu ia ketahui setelah ayahnya wafat, ia membuka
sebuah kotak yang ternyata di dalalmnya terdapat satu lembar isi dari Taurat.
Lampiran tersebut menerangkan mengenai nabi akhir zaman. Ciri nabi yang
dimaksudkan dalam lampiran tersebut adalah : nabi yang lahir di Makkah, hijrah
ke Madinah, kerajaannya di kota Syam, dan lain sebagainya. Namun keterangan
mengenai Nabi tersebut sengaja mereka sembunnyikan, dan hal ini merupakan
kedurhakaan yang besar bagi mereka.
e. Tafsir Ayat secara global
Melalui firman-Nya ini Allah
Ta’ala melarang orang-orang Yahudi dari kesengajaan mereka mencampuradukkan
antara kebenaran dengan kebatilan, serta tindakan mereka menyembunyikan
kebenaran dan menampakkan kebatilan. Demgan demikian, Dia melarang mereka dari
dua hal secara bersamaan serta memerintahkan kepada mereka untuk memperlihatkan
dan menyatakan kebenaran.
Dari Ibnu Abbas, Adh-Dhahhak
menjelaskan ayat ini artinya janganlah mencampur adukkan yang hak dengan yang
batil dan kebenaran dengan kebohongan. Sementara Qatadah mengartikannya,
janganlah mencampuradukkan antara ajaran Yahudi dan Nasrani dengan ajaran Islam
sedang kalian mengetahui bahwa agama Allah Ta’ala adalah Islam.
Firman-Nya ( وتكتموا الحق وأنتم تعلمون ) menurut Muhammad bin Ishak meriwayatkan
Muhammad bin Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas,
ia mengatakan: “Artinya, janganlah kalian menyembunyikan pengetahuan yang
kalian miliki mengenai kebenaran Rasul-Ku dan juga dari apa yang dibawanya,
sedangkan kalian mendapatkannya tertulis dalam kitab-kitab yang berada di
tangan kalian.” Boleh juga ayat tersebut berarti, sedangkan kalian mengetahui
bahwa dalam tindakan menyembunyikan pengetahuan tersebut mengandung bahaya yang
sangat besar bagi manusia, yaitu tersesatnya mereka dari petunjuk yang dapat
menjerumuskan mereka ke neraka jika mereka benar-benar mengikuti kebatilan yang
kalian perlihatkan kepada mereka, yang dicampuradukkan dengan kebenaran dengan
tujuan agar kalian dapat dengan mudah menyebarluaskannya ke tengah-tengah
mereka. Al-Kitman artinya penyembunyian, lawan kata penjelasan dan keterangan.
f.
Tafsir Ayat Peradilan
1.
Larangan Menyembunyikan kebenaran, dapat terjadi
dengan mengingkarinya atau tidak menyampaikannya
saat dibutuhkan. Karena itu, diamnya seseorang yang tahu tentang suatu persolan, saat penjelasan
menyangkut persoalan itu dibutuhkan, termasuk
salah satu dari penyembunyian dari kebenaran tersebut.[2]
2.
Larangan Mencampur adukkan antara
yang hak dan yang batil, mengisyaratkan bahwa dalam Taurat yang ada di tangan
kaum Yahudi, ada kebenaran dan ada juga kebatilan yang bersumber dari hasil nalar
yang keliru atau nafsu yang sesat.
Firman Allah yang mengatakan ‘sedang kamu
mengetahui’ merupakan gambaran
tentang keadaan mereka yang sebenarnya, dan ini menjadi kecaman yang lebih besar lagi terhadap mereka. Seandainya
mereka tidak tahu, bisa jadi dosa mereka
hanya karena tidak mau bertanya, tetapi mereka mengetahuinya, lalu menyembunyikannya, padahal merupakan seorang yang tahu
ajaran agama untuk mengajar yang
tidak diketahuinya.
2.
Surah Ali Imran
Ayat 71
a. Ayat
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ
بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
b. Terjemah
Artinya:
“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang
bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya.” (Q.S Ali Imran: 71)
c. Makna Mufrodat
يَٰٓأَهْلَ
= Wahai ahli
ٱلْكِتَٰبِ
= Kitab
لِمَ
= mengapa
تَلْبِسُونَ
= kamu mencampur adukkan
ٱلْحَقَّ
= yang haq (benar)
بِٱلْبَٰطِلِ
= dengan yang bathil
وَتَكْتُمُونَ = dan kamu menyembunyikan
ٱلْحَقَّ
= yang haq
وَأَنتُمْ
= dan kalian
تَعْلَمُونَ
= (kalian) mengetahui
d. Asbabun Nuzul
Bahwa Abdullah bin As Shaif, ‘Adi bin Zaid dan
Al-Harts bin ‘Auf mengadakan pembicaraan untuk beriman pada pagi hari dan kufur
pada sore hari pada apa yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad dan diikuti
sahabat-sahabatnya, sehingga dapat mengaburkan agama mereka dan mencontoh
perbuatannya sampai keluar dari agama mereka. Maka Allah menurunkan ayat
tersebut yang memperingatkan umat Islam agar jangan mengaburkan hak dengan yang
bathil.
e. Tafsir Ayat Global
Ayat
71 menjelaskan beberapa sifat Ahlul Kitab yang dimurkai Allah, yaitu
mencampur-adukkan yang hak dengan yang batil, menyembunyikan yang hak padahal
mereka mengetahuinya, mengajak orang lain beriman di pagi hari dan kafir di
sore harinya agar mereka murtad, dan tidak percaya kecuali kepada sesama Ahlul
Kitab. Padahal petunjuk Allah bukan monopoli mereka. Allah berikan kepada orang
yang dikehendakiNya, diantarainya kepada Muhammad saw.[3]
Di
antara Ahlul Kitab ada yang amanah dalam bermuamalah dan ada yang tidak amanah kendati
satu dinar, karena mereka yakin tidak berdosa menipu orang di luar golongan
mereka. Itu adalah kebohongan atas Allah, tidak sesuai dengan keinginan-Nya.
Lagi pula, menepati janji itu adalah ciri takwa kepada Allah.
Sesungguhnya
orang-orang yang menjual sumpah-sumpah mereka pada Allah dengan kepentingan
dunia, mereka tidak akan mendapat keridhaan Allah di akhirat, tidak akan
dilihat Allah dan tidak akan diajak bicara dan tidak dibersihkan dosa-dosa
mereka oleh Allah. Mereka akan dimasukkan ke dalam azab neraka yang amat pedih.
Sebab itu, wahai para da’i, asatidz dan ulama kaum muslimin yang menjual
ayat-ayat Allah demi mengejar keuntungan dunia. Azab Allah di akhirat kelak
sangatlah berat.
f.
Tafsir Ayat Peradilan
Allah mencela ahli kitab karena mereka
mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan, ang mana kebenaran dan kebatilan
adalah dua hal yang tidak dapat disatukan. Kebenaran dalam ayat ini adalah
kebenaran yang dibawa oleh nabi yang termuat dalam kitab mereka yaitu tauhid,
serta berita gembira tentang akan datangnya Nabi Muhammad saw yang bertugas
seperti nabi-nabi sebelumnya yang akan mengajarkan Kitab dan hikmah kepada
seluruh manusia.
Sedang yang dimaksud batil di at ini
adalah segala tipu daya yangdibuat ole pendeta dan pemimpin terkemuka Ahli
Kitab dengan jalan menakwilkan ayat-ayat Tuhan dengan takwilan yang batil dan
yang jauh dari kebenaran. Penakwilan yang begitulah yang mereka anggap sebagai
agama yang wajib diikuti. Perbuatan mereka itu juga dicela.
Jelas bahwa ang dimaksud dengan mencampuradukkan antara
yang hak dengan yang batil adalah tipu daya Ahli Kitab yang menakwilkan
ayat-ayat Allah dan mengatakan bahwa penakwilan tersebut datang dari Allah.
Sedangkan berita gembira tentang kedatangan
Nabi Muhammad mereka sembunyikan.
B.
Kebenaran
adalah datang dari Allah
1.
Surah Al-Baqarah
Ayat 147
a. Ayat
ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ
مِنَ ٱلْمُمْتَرِينَ
b. Terjemah
Artinya: “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab
itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (Q.S Al-Baqarah: 147)
c. Makna Mufrodat
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ ۖ
(Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu) Yakni kebenaran adalah yang datang
dari Tuhanmu, dan bukan yang dikabarkan oleh Ahli kitab
فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
(sebab
itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu) Yakni Allah
melarang Rasulullah dari keraguan terhadap apa yang datang dari-Nya seperti
pada masalah kiblat dan yang lainnya. Dan selain Rasulullah lebih harus
berhati-hati dari keraguan ini.[4]
d. Tafsir Ayat
secara global
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu”
maksudnya, kebenaran ini adalah hal yang paling benar untuk dinamakan sebagai
kebenaran dari segala sesuatu, karena apa yang ia kandung dari cita-cita yang
tinggi, perintah-perintah yang baik, penyucian jiwa, mengajaknya kepada hal-hal
yang mendatangkan manfaat dan menolak mudharat adalah bersumber dari Tuhanmu,
dan yang termasuk dalam bimbinganNya bagimu adalah bahwa Dia menurunkan
kepadamu Alquran yang berisi pendidikan bagi akal, jiwa dan segala
kemaslahatan. “Sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang
ragu,” yakni, jangan sampai ada sedikit keraguan dan kebimbangan darimu, akan
tetapi renungkan dan pikirkanlah hal itu hingga kamu sampai kepada keyakinan,
karena berpikir tentangnya sudah pasti akan menghilangkan keraguan dan akan
menyampaikan kepada keyakinan.[5]
e. Tafsir Ayat
Peradilan
Janganlah menjadi orang yang ragu dalam
mengambil keputusan dari suatu persoalan karena keberanaran itu sudah pasti
yang datang dari Allah SWT yang sesuai dengan Al Qur’an dan sunnah Rasul.
Ajaran yang bertentangan dengan Al Qur’an dan sunnah adalah
kebatilan/kesesatan. Kebenaran akan membawa manusia kepada kebahagiaan dan
kebatilan akan membawa manusia kepada kesengsaraan hidup.
2.
Surat Ali ‘Imran
Ayat 60
a. Ayat
ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُن مِّنَ
ٱلْمُمْتَرِينَ
b. Terjemah
Artinya:
“(Apa yang telah Kami ceritakan itu),
itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk
orang-orang yang ragu-ragu.” (Q.S Ali
Imran: 60)
c. Makna Mufrodat
فَلَا تَكُن مِّنَ الْمُمْتَرِينَ
(karena
itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu) Yakni perkataan ini
ditujukan kepada semua yang mendengarkannya; yakni janganlah salah satu dari
kalian ragu terhadap berita dari Allah tentang Isa. Atau perkataan dan larangan
ini ditujukan kepada Rasulullah untuk menambah keteguhannya. [6]
d. Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat ada dikemukakan bahawa
terdapat dua orang rahib (Pastur) dari Naj'ran datang mengadap Rasulullah
s.a.w. dan berkata: "Siapakah bapa Isa? Akan tetapi Rasulullah s.a.w.
tidak segera menjawab pertanyaan tersebut sebelum mendapat petunjuk dari Allah.
Maka penurunanlah surah Ali 'Imran: ayat 58-60 yaitu sebagai penjelasan tentang
siapakah Nabi Isa yang sebenarnya. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari al
Hasan)
Dalam riwayat lain ada dikemukakan bahawa
sekumpulan Kaum Nasara Najran yang diketuai oleh pemimpin dan wakilnya datang
mengadap Rasulullah dan berkata: "Mengapa tuan menyebut sahabat
kami?" Nabi menjawab: "Siapakah dia?" Mereka berkata lagi:
"Isa yang tuan anggap sebagai hamba Allah." Maka Nabi menjawab:
"Benar." Mereka berkata lagi: "Apakah tuan tahu mengenai Isa
atau diberitahu tentang dia?" Kemudian mereka keluar dan tidak lama
selepas itu datanglah Jibril menyampaikan ayat ini (Surah Ali 'Imran: 3: 59-60)
yang menerangkan tentang adanya manusia seperti Isa. (Diriwayatkan oleh Ibnu
Abi Hatim dari al Ufi dari Ibnu Abbas)
e. Tafsir Ayat
secara global
Kebenaran
yang tidak ada keraguan di dalamnya tentang Isa adalah yang datang kepadamu
(wahai rosul) dari tuhanmu, maka teruslah di atas keyakinanmu, dan tetaplah di
atas apa yang kamu ada padanya dari meninggalkan perkara yang diada-ada, dan
janganlah kamu menjadi golongan orang-orang yang ragu. Dan dalam ayat ini
terdapat ketetapan dan ketenangan bagi rosul[7]
f.
Tafsir Ayat Peradilan
Janganlah menjadi orang yang ragu dalam
mengambil keputusan dari suatu persoalan karena keberanaran itu sudah pasti
yang datang dari Allah SWT yang sesuai dengan Al Qur’an dan sunnah Rasul. Ajaran
yang bertentangan dengan Al Qur’an dan sunnah adalah kebatilan/kesesatan. Kebenaran
akan membawa manusia kepada kebahagiaan dan kebatilan akan membawa manusia
kepada kesengsaraan hidup.
C.
Memihak
kepada kebenaran
1.
Surah
yunus Ayat 35
a. Ayat
قُلۡ هَلۡ مِنۡ شُرَكَآٮِٕكُمۡ مَّنۡ
يَّهۡدِىۡۤ اِلَى الحقِؕ
قُلِ اللّٰهُ يَهۡدِىۡ لِلۡحَقِّؕ اَفَمَنۡ يَّهۡدِىۡۤ اِلَى الۡحَقِّ اَحَقُّ
اَنۡ يُّتَّبَعَ اَمَّنۡ لَّا يَهِدِّىۡۤ اِلَّاۤ اَنۡ يُّهۡدٰىۚ فَمَا لَكُمۡ
كَيۡفَ تَحۡكُمُوۡنَ
b. Terjemah
Artinya:
“Katakanlah, "Apakah di antara
sekutumu ada yang membimbing kepada kebenaran?" Katakanlah,
"Allah-lah yang membimbing kepada kebenaran." Maka manakah yang lebih
berhak diikuti, Tuhan yang membimbing kepada kebenaran itu, ataukah orang yang
tidak mampu membimbing bahkan perlu dibimbing? Maka mengapa kamu (berbuat
demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?.” (Q.S Yunus: 35)
c.
Makna Mufrodat
قُلۡ هَلۡ مِنۡ شُرَكَآٮِٕكُمۡ مَّنۡ
يَّهۡدِىۡۤ اِلَى الْحَقّ
)Katakanlah “Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang dapat
menunjuki kepada kebenaran?”) dengan menegakkan
hujah-hujah dan memberikan petunjuk
قُلِ اللّٰهُ يَهۡدِىۡ لِلۡحَقّ فَمَنۡ
يَّهۡدِىۡۤ اِلَى الۡحَقّ
)Katakanlah, “Allahlah yang menunjuki kepada kebenaran.” Maka apakah
Zat yang menunjuki kepada kebenaran itu) yang dimaksud
adalah Allah
اَحَقُّ اَنۡ يُّتَّبَعَ اَمَّنۡ لَّا يَهِدِّىۡ
)lebih
berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi
petunjuk) lafal يَهِدِّي asalnya
yahtadii; artinya mendapat petunjuk
اِلَّاۤ اَنۡ يُّهۡدٰى
(kecuali bila
diberi petunjuk?) lebih berhak untuk diikuti? Kata tanya di sini mengandung
makna mengukuhkan dan sekaligus sebagai celaan, makna yang dimaksud ialah bahwa
yang pertamalah yang lebih berhak untuk diikuti
فَمَا
لَكُمۡ كَيۡفَ تَحۡكُمُوۡنَ
)Mengapa kalian berbuat demikian?
Bagaimanakah kalian mengambil keputusan) dengan keputusan yang rusak ini, yaitu mengikuti orang-orang yang tidak berhak untuk
diikuti.[8]
d. Tafsir Ayat
Global
Dengan
kata lain, kalian telah mengetahui bahwa sekutu-sekutu kalian itu tidak dapat
memberikan petunjuk kepada orang yang sesat. Sesungguhnya yang dapat memberikan
petunjuk kepada orang yang bimbang dan sesat dan yang dapat membolak-balikkan
hati dari sesat hingga menjadi benar hanyalah Allah semata-mata, tidak ada
Tuhan selain Dia.
Yaitu
apakah lebih baik mengikuti hamba yang memberi petunjuk kepada kebenaran dan
membukakan penglihatan sesudah buta, ataukah mengikuti orang yang tidak dapat
memberi petunjuk apa pun kecuali dia sendiri mendapat petunjuk dari kebutaan
dan ketubannya.
Yakni
apakah yang kalian lakukan sehingga akal kalian dikesampingkan? Mengapa kalian
menyamakan antara Allah dan makhluk-Nya, lalu kalian meninggalkan Allah dan
menyembah selain-Nya? Waraskah kalian ini? Mengapa kalian tidak mengesakan
Allah Yang Maha Memiliki, Maha Menguasai lagi Maha Memberi Petunjuk dari
kesesatan, yaitu dengan menyembah-Nya semata? Mengapa pula kalian tidak
mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya dalam berdoa dan memohon ampunan
kepada-Nya. Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa mereka —dalam mengikuti agama
mereka itu— sama sekali tidak berdasarkan kepada dalil ataupun bukti, melainkan
hanya berdasarkan dugaan dari diri mereka sendiri, yakni berdasarkan ilusi dan
bayangan mereka sendiri. Hal seperti itu tidak dapat menolong mereka barang
sedikit pun.[9]
2.
Surah
yunus Ayat 36
a. Ayat
وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ
إِلَّا ظَنًّا ۚ إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا ۚ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ
b. Terjemahan
Artinya:
"Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.
Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan." (Q.S Yunus: 365)
c. Makna Mufrodat
وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ
)Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti)
di dalam penyembahan mereka terhadap berhala-berhala
إِلّاَظَنَّاَ
(kecuali persangkaan saja) dalam hal ini
mereka hanya menirukan apa yang telah diperbuat oleh nenek-moyang mereka
إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ
شَيْئًا
(Sesungguhnya prasangka itu tidak sedikit
pun berguna untuk mencapai kebenaran) yang membutuhkan ilmu pengetahuan
tentangnya.
إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا
يَفْعَلُونَ
)Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan) oleh sebab itu maka Dia membalas semua amal perbuatan yang telah mereka kerjakan itu.[10]
d. Tafsir Ayat
Global
Di dalam ayat ini terkandung makna
ancaman dan peringatan yang keras untuk mereka, karena Allah Swt.
memberitahukan bahwa Dia kelak akan membalas perbuatan mereka itu dengan
pembalasan yang sempurna.
3.
Asbabun
Nuzul Surah Yunus Ayat 35-36
Ayat ini merupakan bantahan yang
membatalkan apa yang mereka akui dalam penyembahan mereka kepada selain Allah
yang mereka persekutukan dengan-Nya, yaitu berupa berhala-berhala dan
tandingan-tandingannya.
4.
Tafsir
Ayat Peradilan
Jadi pada zaman dahulu Rasulullah
SAW disuruh mengatakan kepada kaum
musyrikin bahwa tidak ada yang yang bisa memberikan petunjuk (kebenaran)
kecuali hanya Allah SWT, mereka juga menyamakan Allah SWT dengan berhala yang
mereka sembah yang dianggap bisa memberikan petunjuk, padahal kebenaran hanya
datang dari Allah SWT semata.[11]
D.
Rasul
membawa kebenaran
1.
Surah
Ash-Shaff Ayat 9
a. Ayat
هُوَ
الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى
الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
b. Terjemahan
Artinya:
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang
benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik
membenci.” (Q.S Ash Shaff: 9)
c. Makna Mufrodat
هو =
Dia
الذي = yang
أرسل = mengutus
رسوله = utusan/rasul-Nya
بالهدى = dengan petunjuk
ودين = dan agama
الحق = yang benar
ليظهره = untuk memenangkan
على = atas
الدين = agama
كله = semuanya/seluruhnya
ولو = meskipun
كره = benci
المشركون = orang-orang musyrik[12]
d. Tafsir Ayat Global
Allah menegaskan bahwa Allah telah mengutus Nabi
Muhammad dengan tugas menyampaikan agama-Nya kepada seluru manusia. Pokok-pokok
agama itu terdapat dalam Al-Quran dan hadis ang berisi petunjuk untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan munculnya Islam, maka agama yang
sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi. Agama islam itu mengungguli
agama-agama lain sesuai dengan kehendak Allah, walaupun orang-orang musrik
tidak menyukainya.
e. Tafsir Ayat Peradilan
(Dialah Yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk
dan agama yang benar agar dia memenangkannya) maksudnya menjadi berada di (atas
segala agama-agama yakni di atas semua agama yang bertentangan dengannya
(meskipun orang-orang musyrik benci) akan hal tersebut.
E.
Orang
kafir membunuh kebenaran
1.
Surah
As-Shaff Ayat 8
a. Ayat
يُرِيدُونَ لِيُطْفِـُٔوا۟ نُورَ ٱللَّهِ
بِأَفْوَٰهِهِمْ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْكَٰفِرُونَ
b. Terjemah
Artinya: “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan
mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya,
walau orang-orang kafir membencinya." (Q.S
Ash
Shaff: 8)
c. Makna Mufrodat
يُرِيدُونَ لِيُطْفِـُٔوا۟ نُورَ اللهِ
بِأَفْوٰهِهِمْ
(Mereka
ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka) yakni usaha mereka dalam
menghinakan Islam dan menghalangi petunjuknya dengan perkataan-perkataan dusta
seperti orang yang hendak memadamkan api sang sangat besar dengan tiupan dari
mulutnya.
وَاللهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ
(tetapi
Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya) yakni dengan memenangkan agama Islam
di seluruh penjuru dunia dan meninggikannya di atas agama lain.[13]
d. Tafsir Ayat Global
Orang-orang kafir itu ingin berbuat bathil terhadap syariat
Allah dengan kebohongan mereka kepada para Rasul melalui ucapan-ucapan mereka
yang mereka-reka bahwa Al-Qur’an itu adalah sihir, syair atau ilmu perdukunan.
Allah adalah Dzat yang menampakkan agamaNya dan menebarkanNya di cakrawala
dunia, meskipun orang-orang kafir yang menyimpang itu membencinya. Ibnu Abbas berkata:
“Sesungguhnya Nabi SAW pernah terlambat menerima wahyu selama 40 hari. Sungguh
Allah telah meredupkan cahaya Muhammad dalam menurunkan wahyu kepadanya,
sedangkan perintahNya belumlah sempurna. Kemudian Rasulallah SAW bersedih, lalu
Allah SWT menurunkan ayat ini dan wahyu-wahyu selanjutnya pun berlanjut.”
e. Tafsir Ayat Peradilan
Mereka berupaya menolak perkara yang hak dengan
perkara yang batil dengan
kebohongan-kebohongan. Perumpamaan
mereka dalam hal ini sama dengan seseorang yang ingin memadamkan sinar mentari
dengan mulutnya. Maka sebagaimana hal ini mustahil, begitu pula memadamkan
cahaya (agama) Allah merupakan hal yang mustahil pula.[14]
F.
Menasehaati
kebenaran
1.
Surat
Al Ashr Ayat 3
a. Ayat
إِلَّا
الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
b. Terjemah
Artinya: “kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
c. Makna Mufrodat
إِلَّا
الَّذِينَ آَمَنُوا
Kecuali
orang-orang yang beriman
وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ
Dan
mengerjakkan kebajikan
وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِ
Serta
saling menasihati untuk kebenaran
ّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Dan saling
menasihati untuk kesabaran[15]
d. Asbabun Nuzul
Syaikh
Muhammad Abduh menjelaskan, orang Arab jahiliyah biasa bersantai di waktu
Ashar. Mereka bercengkerama dan bercanda, hingga saling menyinggung dan
akhirnya terjadi perselisihan dan permusuhan. Mereka pun mengutuk waktu ashar.
Maka Allah menurunkan surat ini untuk memberikan peringatan, bukan waktu ashar
yang salah tetapi merekalah yang salah. Manusia akan berada dalam kerugian
selama tidak memenuhi empat kriteria dalam surat ini.
e. Tafsir Ayat Global
Ayat
ini mengecualikan insan pada ayat sebelumnya. Bahwa insan yang tidak berada
dalam kerugian adalah mereka yang memiliki empat kriteria; iman, amal shalih,
saling menasehati tentang kebenaran dan saling menasehati tentang kesabaran.
Sebagian ulama menjelaskan bahwa agama ini terdiri dari pengetahuan dan pengamalan.
Keyakinan dan perbuatan. Iman adalah pengetahuan dan keyakinan. Amal shalih
adalah pengamalan dan perbuatan. Sedang saling menasehati dalam kebenaran dan
kesabaran adalah dakwah yang merupakan bentuk amal shalih agar orang lain juga
beriman dan beramal shalih.[16]
Ayat
ini menggunakan bentuk jamak, mengisyaratkan pentingnya beramal jamai dan
berjamaah. Untuk bisa selamat dari kerugian, manusia harus berjamaah. Beramal
jamai bersama orang-orang mukmin dan berdakwah bersama. Kata tawashau (تواصوا)
berasal dari kata washa (وصى) yang artinya menyuruh berbuat baik. Kata al haq
(الحق) artinya adalah sesuatu yang mantap dan tidak berubah. Yakni ajaran agama
atau kebenaran. Sedangkan sabar (صبر) artinya adalah menahan nafsu demi
mencapai sesuatu yang baik atau lebih baik. Ar Razi mengatakan, “Ayat ini
menunjukkan bahwa kebenaran itu berat. Kebenaran akan senantiasa diuji. Oleh
karena itu, penyebutan kebenaran disertai dengan penyebutan saling menasehati.”
f.
Tafsir Ayat
Peradilan
Menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi
Zilalil Qur’an menyebutkan, dalam surat pendek yang hanya terdiri dari tiga
ayat ini tercermin manhaj yang lengkap bagi kehidupan manusia sebagaimana yang
dikehendaki Islam. Surat ini juga mengidentifitasi umat Islam dengan hakikat
dan aktifitasnya dalam sebuah paparan singkat yang tidak mungkin dapat
dilakukan selain Allah. Manhaj itu adalah iman, amal shalih, saling menasehati
untuk mentaati kebenaran dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran.
KESIMPULAN
Kebenaran
itu adalah dari Allah yang menurunkann Al
Qur’an sebagai rahmat,petunjuk dan pelajaran bagi manusia. Al Quran berisi
kebenaran dan memerintahkan manusia untuk berjalan di atas kebenaran dan
menjauhi kebatilan. Allah juga mengutus Rasul-Nya
untuk membawa petunjuk dan membawa agama yang benar.
Kebenaran
hanya datang dari Allah SWT semata maka jangan mencampur adukkan antara yang hak dan yang batil dengan kebohongan-kebohongan, karena kebatilan yang bersumber dari hasil nalar yang keliru atau
nafsu yang sesat. Dan saling menasehati untuk
mentaati kebenaran dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran. Kebenaran
akan membawa manusia kepada kebahagiaan dan kebatilan akan membawa manusia
kepada kesengsaraan hidup.
DAFTAR
PUSTAKA
As-Sa'di,
Syaikh Abdurrahman bin Nashir. Tafsir as-Sa'di
Asy-Syawi, Muhammad bin Shalih. An-Nafahat
Al-Makkiyah
Basith,
Abdul. Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap
Hafidz,
Prof. Dr. Imad Zuhair. Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah
Humai, Dr.
Shalih bin Abdullah. tafsir Al-Mukhtashar
Kementerian
Agama Saudi Arabia. Tafsir Al-Muyassar
[1] Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, Tafsir Al-Madinah
Al-Munawwarah
[2] Kementerian Agama Saudi Arabia, Tafsir Al-Muyassar
[3]
Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, Tafsir as-Sa'di
[4] Syaikh
Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah
[5] Syaikh
Muhammad bin Shalih asy-Syawi, An-Nafahat Al-Makkiyah
[6] Syaikh
Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah
[7]
Kementerian
Agama Saudi Arabia, Tafsir Al-Muyassar
[8] Syaikh
Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah
[9] Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humai, tafsir Al-Mukhtashar
[10] Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, Tafsir Al-Madinah
Al-Munawwarah
[11] Kementerian Agama Saudi Arabia, Tafsir
Al-Muyassar
[12] Syaikh
Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah
[13] Syaikh
Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah
[14] Abdul Basith, Tafsir Ibnu Katsir Terlengkap
[15]
Syaikh
Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah
[16] Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, Tafsir as-Sa'di